Selamat malam Tuhan. Aku tau engkau sibuk, namun aku juga tau engkau tak pernah acuh terhadap manusia-Mu. Bolehkah aku meminta waktu-Mu untuk bercerita? Sebentar saja.
Aku hanya sedikit asing pada diriku sendiri. Aku merasa seperti menjadi sosok lain, tapi ini tubuhku. Aku tak lagi mengenali siapa aku dan bagaimana aku. Apa kau tau karna apa? Karna hal yang selama ini aku tertawakan. Ini lucu. Belum pernah aku seperti ini. Terbelenggu dalam perasaan tak menentu. Hanya karna lelaki itu, Tuhan. Lelaki yang Kau izinkan masuk ke dalam hidupku. Dan sekarang telah mampir pada hatiku. Ah, kenapa dia? Bagaimana bisa? Ini aneh.
Segala hal yang dahulu tak ku suka dari lelaki itu, kini menjadi hal wajar bagiku. Setiap ucapannya tentang bagaimana aku dimatanya meletup keluar dari ingatanku. Pernyataan konyol kalau di menyukaiku juga tak lekang hilang, Tuhan. Aku ingat semua pertengkaran itu, pertengkaran antara aku dan dia hanya karna dia selalu menuntutku untuk tersenyum! Dia memang aneh, tak wajar atau tak normal aku sudah benar-benar tak peduli. Sebab aku nyaman atas cara dia memperlakukanku. Hilang, terasa hilang bila sehari saja tak ada cerita yang tercipta antara aku dengan lelaki itu. Aku menjadi candu, candu terhadap kehadiran dia.
Aku tak pernah benar-benar jatuh sampai sejatuh ini. Tak pernah kalut separah ini. Ini kali pertama aku di buat yakin atas perasaanku. Aku selalu takut, lalu bagaimana cara dia mengubah rasa takutku menjadi sebuah keberanian kecil untuk menyukai?
Dia mampu meredam semua api amarahku ketika menyala. Selalu saja mampu menjadi air yang tenang, bahkan ketika aku lepas kendali atas rasa lelah. Ah Tuhan, aku ingin mengaku, aku menyayanginya. Pengakuan ini antara aku dengan-Mu saja. Sebab aku tak punya keberanian untuk mengakui ini pada lelaki itu. Aku tak ingin berjuang untuk dia, aku ingin dia berjuang untuk aku. Tapi suatu hari nanti di saat aku dan dia menjadi ‘kita’ aku berjanji, aku akan berjuang untuk ‘kita’, aku dan dia.
Aku di buai keindahan rasa. Bagaimana aku tak menganggap segala pembatas antara aku dan dia. Tahukah Tuhanku? Aku berbeda, berbeda Tuhan dengan Lelaki itu. Meski aku yakin Tuhan tetap satu. Apa peduli aku? Masa bodoh atas perbedaan nyata macam apapun itu. Selama aku bahagia, tak ada yang perlu aku permasalahkan. Sebab candu ini telah membabibuta. Aku ingin dia. Benar-benar ingin. Tolong Tuhan, simpan dia untukku. Untuk menjadi yang pertama.
Dia. Yang mengajari aku tentang luka. Menuntut aku tak takut akan rasa sakit. Sebab katanya, aku harus merasakan agar tahu cara menyembuhkan. Dan ku harap, bukan dia yang memberi luka, hanya karna dia ingin membuat aku berani.
Ini tentang dia, Tuhan. Lagi dan lagi. Tentang dia. Yang membakar habis semua waktuku untuk menyulam senyum atas dirinya. Terdakwa atas perasaan rinduku yang terpenjara. Tersangka atas keinginanku untuk memiliki. Karna aku, sungguh menginginkan dia.....
Selamat malam Tuhan, aku tengah bergegas untuk terlelap. Bermain dalam mimpiku, yang ku harap ada dia.
Bandung. Langit Jingga. 30-06-2012.
Nidya :)
Inspired By: seseorang yang namanya enggan dipublikasikan
so...ini tentang orang lain guys ;)
Inspired By: seseorang yang namanya enggan dipublikasikan
so...ini tentang orang lain guys ;)
0 komentar:
Posting Komentar