Dan entah sudah berapa lembar cerita bahagia bersama yang kita rangkai.
Ini tentang sebuah tempat dimana kamu selalu kembali, dimana kamu selalu pulang, setelah puas bermain dengan duniamu yang tak pernah mau ku tahu.
Sudah berapa dunia yang kau singgahi? sudah berapa banyak hati yang kau tinggal pergi? sebelum pulang kembali, kepadaku, hatiku, waktuku, hariku, hidupku, aku.
Aku tak pernah bisa menolak kedatanganmu, pula tak bisa mencegah kepergianmu. Lagi-lagi masih terhalang kalimat "aku siapamu?"
Bolehkah aku mengajakmu ke tepi danau berair biru? Aku ingin kamu menatap lekat dirimu. Bagaimana kamu, terutama kepadaku.
Jika kamu pergi? aku tak melarang bukan? sekalipun aku nyaris mati.
Jika kamu kembali? aku tak menolak bukan? sekalipun disaat lukaku atas kepergianmu nyaris terobati.
Setiap kau terluka karena duniamu itu, lantas siapa yang selalu mengobati? Aku, jawabmu.
Lalu kamu? dimana? saat aku terlampau butuh kamu? adakah untukku?
Jawabannya bukan tidak, bukan pula iya. Tetapi terkadang, katamu.
Sedangkan pintuku yang terbuka untukmu? selalu! selalu terbuka! kau dengar aku? SELALU!
Ingin rasanya aku teriak di hadapanmu meluapkan segala emosiku meski sampai kalap!
Ingin aku aku bertanya padamu adakah yang sepertiku selain aku, terhadapmu?
Hah? Kau diam.
Maaf aku meradang, mengamuk, tak beretika seperti ini. Tapi sadarkah atas dasar apa?
Ya, sikapmu.
Kamu, kamu saja.
Sulit sekali membencimu, sulit sekali melepasmu, apalagi tak menyayangimu meski dengan segala acuhnya kamu. Aku tetap cinta.
Datanglah sesuka hati. Aku dibuat tak berdaya olehmu.
Anggap saja aku ini, rumahmu.
Dari aku
Yang Tak Pernah Kau Anggap Ada
(isn't about me, guys:-p)
0 komentar:
Posting Komentar