Aku mengepal telapak lebih
erat.
Menyatukan keduanya sampai
melekat.
Entah kenapa malam ini
begitu pekat.
Aku nyaris hypotermia. Beku.
Sekujur tubuhku layaknya
dihujam ribuan jarum.
Aku menggigil. Aku ingin
pelukan. Dekapan.
Aku meriang sembari pilu
menahan rindu.
Sejujurnya, ini bukan
tentang suhu udara yang menusuki tubuhku.
Tetapi tentang rindu yang
perlahan ingin membunuhku.
Ini bukan tentang perasaan
yang tersisa atau tertinggal.
Tetapi ini tentang dia, yang
tak pernah merasa ada dalam karyaku.
Padahal, segala hal
tentangnya begitu hidup.
Begitu nyata. Segalanya.
Hey! Aku rindu.
Iya, lagi-lagi rindu,
lagi-lagi kamu.
Selalu begitu.
Malam
hari di puncak.
231212.
Nidya
J