Senin, 05 November 2012

Cinta Atau Bodoh?


Pernah ngga? Kamu..ngerasa sesak karna nahan rindu yang nyaris meluap? Tapi...kamu ngga bisa berbuat apa-apa. Selain sibuk mengais masa lalu saat kamu sama dia.

Ya...dia. dia yang sekarang terlanjur sibuk sama dunia barunya, bersama orang baru, yang udah pasti bukan kamu.

Kamu Cuma bisa bungkam, diam, dan bertahan dalam kepura-puraan. Seolah-olah kamu baik-baik aja tanpa dia, padahal....tanpa dia, kamu nyaris mati rasa. 

Dalam keadaan geming seperti ini, aku tau, rasanya dunia jadi menyempit. Karna semua kebahagiaan yang menghidupi kamu, yang mampu ngukir tawa lepas di bibir kamu selama ini, justru pupus. Terenggut sosok baru yang membuat pkiran kamu jadi buntu.

Tapi kamu bisa apa? Cuma bisa diam kan? Cuma bisa pura-pura rela? Karna sebenarnya kamu sadar, selama ini....kamu ngga terlalu penting buat dia. Yaa...meskipun dia segalanya buat kamu. Anggaplah dia semesta bagi kamu, tapi kamu...Cuma satu bintang dari jutaan bintang yang pernah dia lihat. Sayang....kamu berada dalam perbedaan rasa. Antara benar-benar cinta dengan perasaan sekedar butuh. Miris. Perbandingan rasa itu terlalu jauh.

Kamu sadar, kamu udah terlalu sering nampung air mata dia karna sosok lain. Ngukir tawa dia setelah dia sesak menangis pilu di bahu kamu. Tapi saat dia bahagia? kamu liat dengan jelas dia tertawa lepas, tapi bukan dengan kamu.

Ah, aku paham. Kamu udah benar-benar ngga peduli ini tulus atau bodoh. Ini cinta atau terpaksa. Dia tak punya hati atau tak punya otak. Yang kamu tahu ini cinta dan butuh. Jika cinta memang harus mengukir luka sedalam ini, aku yakin kamu cuma berharap, di akhir cerita...ada kebahagiaan yang luar biasa. Bukan mempermasalahkan sebuah balasan, hanya saja....kamu meminta bentuk penghargaan. Atas setiap lelahmu untuk dia. Sadarkah? Aku ingin bertanya. Apa...dia meminta? Tidak kan? Jadi menurutku, meminta pengharapan untuk di hargai dalam gundukkan ketidakpeduliaan, hanya membuang waktu saja. 

Aku tahu, ini bukan bicara tentang luka atau lelah. Dan aku tau kamu tersesat karna tak kunjung bertemu pada titik menyerah. Tapi pahamkah? Sesuatu yang semu, tak layak di tunggu. Jadi berhentilah bersikap lugu.

Detak nadimu, tak berhenti berdetak hanya karna dia tak menjad milikmu.
Jadi....perhitungkan semuanya atas dasar luka, lelah, dan balasan.

Bekasi  41112.
Nidya )

Ini Tentang Rindu



Disini sedang hujan,
turun jutaan titik air yang bertemu pada permukaan bumi.
Membentuk melodi gemericik yang menyeret suasana hati pada kerisauan
Rasa tak tenang dalam bentuk gelisah.
Karna rindu ini yang membuat resah.

Lagi dan lagi, aku bicara tentang rindu.
Satu rasa yang mampu membuat aku sulit untuk terlelap.
Yang membuat aku enggan untuk bergerak.
Perasaan yang bila aku pendam membuat sesak.
Tapi untuk diungkapkan....tertutup gengsi yang sangat rapat.

Rindu memang merepotkan.
Dia menjebak!
Menjebak aku dalam ketidaktahuan harus berbuat apa.
Membuat aku risau tak karuan.
Ah...mengganggu!

Aku sedang menerka.
Apa disana kamu memikirkan aku?
Tanpa sedikitpun terlintas hal tentang dia.
Sial! rindu ini yang membuat aku sulit melangkah maju.
Jadi salahkan saja rindu, bila bagimu aku mengganggu.
Bila menurutmu aku membuang waktu menunggu kamu.

Timbul pertanyaan besar bagiku
apa...rindu pantas dibilang luka?
Sebab rindu terasa menyiksa.
Mungkin karna rindu ini tak sempat terucap.
Atau karna...ini rindu yang tak tersentuh jemari pada pesan singkat?
Adakah yang bersedia menjawab?
Payah...semuanya bisu ketika bicara tentang rindu.

Ini rindu yang malu-malu.
Tertumpuk rasa ragu untuk mengaku.
Aku merindu melihat tingkah lucumu.
Atau sikap lugumu yang ternyata....palsu.
Rindu pada gurauanmu sekedar untuk menghibur aku.
Dan kamu memang keparat!
Semua itu membuat aku candu!
Candu pada kehadiran sosokmu!
Tiba-tiba saja kamu berlalu.
Menjauh. Dari aku.
Yang jelas saja kepergianmu membuat aku menunggu.
Sekian waktu telah terlewat. 
Tapi kamu masih tak nampak.
Sampai aku nyaris sekarat!

Ya....kali ini aku bicara tentang rindu
 yang mengatas namakan Kamu.....
Bekasi, 051112.
Nidya :)