Kita sudah melewati banyak percakapan.
Bukankah kita memang mengenal hanya melalui dunia nyata saja?
Aku senang, sungguh. Meski ketika tak lagi disampingmu aku harus diam meringis menahan rindu.
Hey! kau berhasil menerbangkan harapan besarku untuk bersamamu ke udara.
Terbang bebas, dan tinggi.
Lalu tiba-tiba tubuhmu seperti kerasukan entah makhluk apa yang juga mempengaruhi perubahan sikapmu itu, maksudku kepadaku. Menjadi dingin, menjadi bisu, aku merasa asing.
Rasanya kamu seperti memanah balon udara besar harapanku yang terlanjur terbang tinggi, lalu panahanmu melesat tepat dan mendaratkan harapan itu dengan kasar menuju bumi.
Sudah berapa kali aku bertanya mengapa? dan jawabanmu tetap saja abstrak.
Sudah berapa jarak yang berusaha kau ciptakan setiap kali aku menawar ingin bertemu? dan sesering itu pula aku memotong jarak itu sendirian dengan segala ketidakpahamanku, tentang perubahan sikapmu yang datang tanpa peringatan, aku tak siap.
Tanda tanya ini aku analisis seorang diri, berharap paham dan mengerti.
Tapi nyatanya, diammu masih merajai.
Ajari aku, untuk mengerti apa yang tak aku mengerti.
Ajari aku, untuk bisa tahu apa maumu meski kamu tak mengucap satu katapun.
Ajari aku, untuk melipat tanya besar ini dan memperbaiki segala hal dariku yang bagimu itu salah.
Ajari aku, maka aku berjanji akan menjadi segalanya.
Untukmu.
Jumat, 17 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar