Sabtu, 26 Oktober 2013

Komidi Putar #2

Sepeninggalan anak lelaki itu, komidi putar tetap berada di tempat yang sama
Warnanya semakin kusam
Air hujan membuatnya semakin berkarat
Tak ada sedikitpun pergerakan pada posisinya
Karenanya dia tampak semakin usang
Hanya tertumpuk debu yang diterbangkan angin
Jika debupun dapat memilih, mungkin tak ingin ia hinggap bila ada tempat yang lain

Menyedihkan sekali

Siapa yang tahu dahulu komidi putar renta ini pernah begitu berwarna?
Siapa yang tahu dahulu komidi putar ini begitu dicintai oleh seorang anak adam?
Siapa yang tahu dahulu komidi putar ini pernah begitu tangguh mengukir tawa seorang bocah?
Siapa yang tahu?
Yang mereka tahu, komidi ini sudah tak lagi menarik

Mungkin, jika aku; yang menulis cerita ini
Adalah komidi putar, pada hari terakhir anak lelaki itu datang, aku akan menjawab:

“hei, kaupun begitu saja bukan setiap kali kau datang? Tertawa, membawa permen kapas, dan memutarku? Tetapi asal kau tahu aku tak pernah bosan kau datangi. Bukankah kau yang memainkan aku semaumu? Bukankah aku yang paling setia menghiburmu? Bukankah tawa terbelalakmu juga mengganggu? Namun aku tak mengeluh. Bukankah aku pula yang selalu ada ditiap kau ingin tertawa? Sekalipun aku sedang malas berputar. Kau lupa? Siapa yang membuatku semakin renta hingga bunyiku sekarang berdenyit? Siapa yang diam saja ketika air hujam membasahiku hingga menghasilkan banyak karat padaku? Siapa yang memudarkan warnaku karena terlalu sering tersentuh? Semua jawabnya hanya; kau. Aku berbahagia jika hanya dengan diamku saja kau bisa begitu riang. Aku berbahagia hanya karena aku rela kau datangi semaumu kau tak pernah merasa sepi. Aku berbahagia hanya karena hujan mengguyur bumi kau berteduh dan tak basah sedikitpun sedangkan aku menjadi karat. Pergilah... cari permainan barumu yang kau pikir tak akan pernah merenta atau berubah menjadi yang tak kau suka, itupun jika ada. Jika kau merindukan aku dibertahun-tahun yang akan datang, datanglah ke tempat kau meninggalkanku, maka aku akan tetap menjadi yang paling setia. Oh iya, seandainya kau memang benar bahagia karenaku, kau pasti mau memperbaikiku, seburuk apapun aku, tanpa harus pergi dan mencari permainan baru. Jika kau benar bahagia bersamaku, tak akan kau pergi karena alasan ‘bosan’. Semoga kau menemukan yang kau mau, ya.”

Ah, nyatanya itu hanya sebuah komidi putar. Dan untungnya itu bukan aku.

Omong-omong, aku hanya iseng bercerita mengisi waktu senggang.




Selamat malam



0 komentar:

Posting Komentar