Aku tertawa
menangis siapa peduli?
Hanya duri yang
tertancap sementara
Lalu hilang entah
kemana
Lidah membeku
Mengurai tanya
yang menyeruak
Di hujani emosi
yang tak tertampung
Mana pundak yang
bersedia ku sandari?
Ah sayang, semua
pundak telah termiliki
Lalu aku?
Terasing dengan
luka yang kian menganga
Aku benci sepi
Apalagi sendiri
Tapi disini aku
tak berkawan
Sebab aku memilih
menyelinap pada sunyi
Karena sedang tak
ingin mengenal riuh atau ramai
Sendiri saja aku lelah
Lalu luka? Apa
tercipta untuk dibagi?
Ku nikmati sendiri
Siapa tahu esok
pagi aku dewasa
Ada kupu menaruh
madu pada putik
dia tak berkawan
dia sendiri
merengkuh madu
manis pada si cantik
Akupun sendiri
menari pada langit
milik nirwana
berdansa dengan
melodi
merengkuh beban
pada kelelahan
Menuntut aku
benci!
Mengeluh aku
bosan!
Menangis aku tak
sudi!
Mati aku tak siap!
Enyah saja semua
tawa
Entah berlari ke
arah mana
Terbawa angin atau
ombak saja aku tak tahu
Yang aku tahu
Aku terdakwa dari
luka yang aku buat
Aku tersangka dari
penyesalan milik dia
Sebab aku di
anggap paling berdosa
Bagi dia yang
mungkin merasa terkhianat
Pasti dia memaki
Memaki aku dari
kejauhan
Mengutuk aku tanpa
kendali
Angin memberitakan
itu padaku senja kemarin
Kenapa tak luapkan
saja semua emosi itu?
Kirim dengan suara
agar terdera!
Caci aku bila itu
menyembuhkan lukamu
Aku tak berberat
hati
Sebab oleh aku
bukan luka itu ada padamu?
Lelah atas
sikapku?
Nikmati saja
Barangkali aku
mati untuk di kenang
Siapa yang tahu?
Entahlah, aku
lelah menerka-nerka
Bedroom. 28-05-2012.
Nidya :)