Sabtu, 29 Juni 2013

Cerita Tadi Malam

Malam tadi aku terjaga ketika fajar belum muncul di ujung sana. Terbangun ketika roh saling berpendaran melepaskan diri dari raganya. Yang aku dengar hanya denting jarum jam yang melaju sesuai perhitungannya. Kamarku hanya di terangi cahaya remang kuning dari lampu tidur berbentuk menara terindah yang sekarang masih sekedar angan. Tiba-tiba dadaku terasa sesak, aku merindu lelaki kecintaanku yang mungkin sedang bermimpi indah bersama bidadari surga. Mungkin sedang disuguhi segelas anggur sampai mabuk kepayang oleh para bidadari cantik rupawan.

Aku masih terselungkuk dibalik selimut coklat pengganti pelukan. Sekedar untuk menghangatkanku sebab aku tak suka suhu dingin yang menusuk. Kemudian segaris tawa mulai mengencangkan pipiku. Aku tertawa tanpa suara, ciut mengaku pada diriku bahwa aku telah sampai pada titik paling cinta. Aku harap ini bukan sekedar fatamorgana.

Tubuhku masih tertidur miring berbalut selimut hangat dalam ruang gelap sedikit cahaya. Sementara pikiranku sangatlah berderang karena aku tak lagi ragu tentang jalanku. Tak lagi ragu untuk tak meragukanmu. Bagiku kamu perjalanan beribu langkah. Aku pastikan aku tak akan menyerah selama kamu tak merasa lelah

Seperti katamu "aku lelaki yang disini untukmu, masih untukmu, dan tetap untukmu"
maka akupun akan begitu.

Jika kamu melihat keindahan dunia yang lain selain aku, lalu kamu mulai mengucap kekaguman dan mengarahkan pandanganmu lurus padanya, mengeja apa yang ada padanya dan tak ada padaku, tahukah, Sayang? aku akan mencoba agar tak mengemis padamu untuk setia. Dan aku yakin setelahnya kamu akan murka pula menghakimiku kalau selama ini aku tak cinta. Bukan aku tak cinta, Sayang. Hanya inginku untuk tahu seberapa kuat kesetianmu padaku, iya, padaku.

Sudah ku bilang aku tak meragu untuk tak lagi meragukanmu, maka ragumu padaku cepatlah mundur. Aku tak ingin pikiranmu penuh oleh pikiran negatif yang terlalu, juga oleh ketakutan yang rasanya sangat mengganggu

Ponselku menunjukkan angka 03:09 pada layarnya. Perjalanan fajar masih cukup jauh untuk sekedar aku habiskan ingatan tentangmu. Aku memutuskan untuk kembali terlelap. Sebelumnya, aku mengecupmu lewat mimpi. Iya, mimpimu.

Selamat malam, kamu....




0 komentar:

Posting Komentar