Hujan punya cerita tentang kita. Dia merekam
kronologi yang telah kita tinggal pergi. Basahannya kita injak dengan jejak
kaki yang saling beriringan, bersebelahan, yang berarti saat kita bersama.
Gemericik suaranya mengalun seirama saat terjadi pertemuan dengan tanah, dengan bumi,
menghasilkan melodi. Menguapkan bau hujan yang khas. Kita pernah mendengarnya pula menciumnya, saat
berdua. Dulu.
Aku pernah memasukkan telapakku pada saku jaketmu, lalu kamu
memasukkan pula telapakmu dan menggenggam jemariku. seolah berkata "ada aku disini" tanpa suara, tapi aku mendengar. Bahasa nurani, mungkin.
Aku mengelak jika awan bersikukuh berkata bahwa saat ini aku tengah mengais masa lalu. Aku hanya memutar rekaman lama. Karena hujan berhasil membawaku kembali pada masa lampau. Sebab hujan punya cerita tentang kita.
Kita yang dahulu.
Hujan menyaksikan segalanya. Rangkulanmu, pelukanmu, tanganmu yang mendarat manis dikepalaku, suhu dingin hujan yang membuat aku selalu digenggam olehmu, bahkan...ketika hujan menyamarkan air mataku saat itu.
Saat kita, tak lagi menjadi kita.
Sudah ku bilang, ini tentang hujan. Sebab hujan, punya cerita tentang kita.
Dari Aku.
Sepotong cerita lalu.
0 komentar:
Posting Komentar