Jumat, 26 Juli 2013

Lembayung Senja

Ketika terik sudah lelah memanaskan tubuh, menciptakan bulir peluh dan mengundang tetesan hujan sebab langit menangis sendu, maka setelahnya ia menjadi teduh, lalu datang keindahan Tuhan yang sangat aku suka
Sebuah panorama lembayung senja.

Itu hanya sebuah perumpamaan dariku. Pembahasanku bukan pada konspirasi alam, tetapi pada kita.

Maksudku adalah....

Seperti emosi yang sudah meredup, lalu tiba sikap manismu yang tak aku duga
Begitulah kita, begitulah cinta.
Diluar praduga, atau senang sekali mendatangkan beribu tanya
Mengapa begini? mengapa begitu? Atau ada apa dengan kita?
Lalu kita terperangkap dalam candu yang membabi buta
Dalam jarak yang rasanya hanya ingin satu jengkal saja

Seperti lembayung senja, seperti suasana petang yang mengelus mata dengan manja
Aku mengindahkan terik yang membakar tubuhku
Sebab aku yakin keteduhan akan segera datang dan menyajikan ketenangan padaku lewat lembayung senjamu

Maka tetaplah hadiahi aku lembayung senjamu itu
Setiap kali kamu lepas kendali membakar aku sampai melepuh

Maksudku adalah....

Ah, aku yakin kamu paham, kamu mengerti.
Aku mecintaimu, mungkin nyaris setengah mati.
Tak percaya? masa bodo! aku tak peduli!

Aku selalu menantikan lembayung senjamu itu. Iya, selalu.
Aku menemukan teduh disana, denganmu.



Selasa, 16 Juli 2013

Tentang Mimpi


"Tanpa mimpi, tidak ada hidup. Karena hidup adalah tentang mengejar mimpi."




Begitu kalimat yang tertulis pada artikel hasil tulisan Host yang baru saja terkenal di salah satu televisi nasional; Imam Darto. Jujur, ini bukan sebuah tulisan mengenai sajak cinta atau permasalahan hidup yang biasa saya tulis. Anggap saja hanya sebuah intermezzo.

Ketika membaca artikel di salah satu diginal magazine yang memuat artikel Bang Imam Darto yang berjudul "Bicara Mimpi" saya seketika ingat tentang sebuah mimpi gila saya bersama seseorang. Saya tidak mau menyebutkan siapa dia, mimpi apa dan bagaimana. Memang mimpi haruslah ditaruh setinggi-tingginya, sebab pencapaian yang sulit akan menghasilkan kepuasan yang sebanding. Setahap demi setahap waktu mengantarkan kita atau saya, anda, juga mereka yang berjuang pada mimpi masing-masing. Waktu memang berpengaruh kuat pada apapun yang hidup.

Kalimat yang berpendapat bahwa "perjuangan yang luar biasa akan melahirkan kepuasan yang lebih luar biasa" menurut saya ada benarnya. Terkadang bagaimana mempertahankan berkali lipat lebih sulit dari pada mendapatkan, saya meng-iyakan hal tersebut. Sebab mimpi yang telah berhasil kita capai tak selalu membahagiakan semua orang yang ada di sekitar, selalu saja ada satu, dua, atau banyak pihak yang iri hati.

Seperti langkah pertama saya menuju mimpi gila itu. Saya baru saja melangkah satu langkah lebih maju, dan sudah ada satu dua pihak yang mengganggu. Saya hanya berpikir bahwa Tuhan senang sekali menghadiahi kesenangan pada siapa-siapa saja yang berjuang. Saya senang ada yang tidak senang terhadap pencapaian saya, sebab itu pertanda bahwa apa yang telah saya capai memang membahagiakan. Untuk saat ini saya hanya sibuk menghitung berapa ribu langkah lagi dan cara apa yang membantu saya untuk mampu sampai pada langit kedua, ke tiga, dan segera tiba pada langit ke tujuh, dimana mimpi-mimpi itu saya taruh. Sebab diatas langit masih ada langit bukan? Begitu pula dengan mimpi saya, mungkin juga anda. Ada banyak mimpi di balik sebuah mimpi, mungkin jumlahnya meribu, entah mimpi kecil atau mimpi besar, sekalipun diluar ekspetasi kemampuan dan kemungkinan. Tetapi siapa peduli? Tuhan membuat segala hal menjadi mungkin.

Mimpi memang memiliki kekuatan magis, saya rasa. Entah anda setuju atau tidak, tetapi mimpi memang mampu memberi energi yang sulit saya utarakan lewat kalimat. Banyak jiwa yang telah sekarat akan semangat, lalu setelahnya mampu bangkit hanya karena sebuah mimpi. Pembahasan tentang mimpi memang tak berbatas. Beberapa berpendapat bahwa mimpi bersifat semu, lalu beberapa menentang bahwa semu bisa saja diperjelas sampai menjadi nyata. 

Saya membuat tulisan tentang mimpi seusai membaca artikel yang berbicara tentang mimpi. Kemudian otak saya dipenuhi banyak mimpi; mimpi-mimpi saya yang harus saya raih juga saya pertahankan, mimpi-mimpi saya yang sekarang sudah saya tarik dari langit atau beberapa mimpi yang masih menggantung di atas langit, mimpi-mimpi yang menjadi alasan untuk apa saya hidup dan tentang mimpi yang akan memberi kehidupan baru bagi saya yang hidup untuk mengejar mimpi. Saya harap, begitu pula dengan anda.

Selamat berjuang mengejar mimpi!



Minggu, 14 Juli 2013

Beri Aku Waktu

Bukankah utusan Tuhan sekalipun tak ada yang sempurna? Begini Sayang, aku ciptaan Tuhan yang sama dan biasa saja, sempurna jelas tak ada padaku, maka berhentilah bersikap menuntut. Aku butuh waktu untuk memenuhi semua kebutuhanmu akan perubahanku. Bukan aku tak mau, hanya beri aku celah sedikit untuk merubah apa-apa yang menurutmu tak lagi pantas ada padaku.

Aku mencintai caramu menerima segala kurangnya aku, terlebih caramu yang tak meninggikan lebihnya aku, itu mengajariku agar tak menjadi lupa daratan. Sabarmu memang juara, namun sayangnya sabarku yang kurang setara. Egoku juga selangit, amarahku sering sekali meledak dan membuatmu kebingungan, dan suasana hatiku tak jarang berubah tanpa peringatan. Beginilah wanita, Sayang. Tanya saja pada Ayahmu bagaimana Ibumu sewaktu muda.

Aku tahu kamu sering sekali kelelahan atas sikap pula sifatku. Berkali-kali mengelus dada dan membuang napas. Ah, kamu hebat. Lelahmu tak membuatmu menyerah. Teruslah begitu, itu kelebihanmu yang menambah sayangku untukmu. Itu kelebihanmu yang rasanya selain kamu tak ada yang mampu begitu.

Bukankah semua perubahan butuh waktu? maka yang seharusnya kamu beri hanyalah waktu dan setelahnya akan ku beri padamu sebuah pembuktian dariku. Hah...ini untukmu saja, untuk yang lain mana aku mau.

Sudah ku bilang aku ingin menjadi yang ternyaman bagimu. Maka beri aku waktu, untuk mampu bermetamorfosis menjadi yang kamu mau meski tak sama persis. Setelah itu janji ya padaku, bahwa cintamu dan waktumu untukku, tak akan habis.


Bonsoir, Ma Chérie....



Masa Depanku Sedang Tersesat

Aku tahu aku terlalu payah untuk mengikhlaskan, merelakan, apalagi melupakan. Masalahnya bukan pada aku yang terlanjur buta pada kenyataan, namun terlebih pada apa yang terlajur tercipta diantara kita. Dulu aku sering sekali mengukir tawa karena kelakuan tololmu, menahan rindu saat kita berhari-hari tak bertemu, perlahan meneteskan air mata karena belatimu.

Berminggu-minggu yang lalu kamu masih sama manis, sekarang kamu mulai sadis. Aku disini meringis, menangis, teriris, karena sebongkah rindu yang belum juga habis. Mungkin aku memang terlalu cinta, namun sungguh kecintaanku padamu tak pernah sekalipun aku selipkan kata sesal diantaranya. Satu hal yang sangat menyakitkan hati adalah, ketika aku melihat kenyataan yang ada, bahwa sosok yang dulu bersikukuh berkata dan berdoa bahwa aku mutlak masa depannya, kini telah menjadi bagian masa laluku. Ini sakit, Sayang.

Hatiku memerah, aku marah, karena kamu dan aku sungguh payah. Untuk sama-sama belajar agar mampu bertahan lebih lama bila perlu selamanya. Kepergianmu membuatku menjadi seperti bayi, belajar semuanya dari nol, dari awal. Aku ingin berkata namun tak bisa, alhasil hanya menangis. Aku ingin marah namun tak kuasa, yang kubisa lagi-lagi hanya menangis. Aku ingin belajar berdiri kemudian melangkah, namun langkahku tak seimbang, kemudian aku jatuh tanpa ada tangan yang menangkap, sakit sekali.

Berminggu-minggu yang lalu setiap tidurku disertai ucapan selamat malam darimu. Kini semuanya berbeda, tak lagi sama. Meski enggan ku akui kenyataan hati tak bisa ku pungkiri, cintaku masih padamu, teruntuk kamu.

Lukaku masih basah, Sayang, rinduku semakin menggumpal, cepatlah pulang. Katamu aku masa depanmu, katamu aku pendamping hidupmu, katamu hanya aku. Sepertinya masa depanku sedang tersesat. Jadi, kapan pulang? tanganku sudah siap memeluk dengan erat dan berkata selamat kembali pulang, Sayang.


Sabtu, 13 Juli 2013

Diam Menunggu

Bisakah ini berhenti menjadi sebuah fatamorgana? Berhenti bersifat semu dan segera terbit menjadi nyata? Aku ingin bahagia yang nyata. Atau memang kenyataannya aku harus berduka, cepatlah ucapkan sebuah tanda pasti melalui kata atau bahasa. Itu saja.

Jujur, aku lelah meraba, menerka, menebak kejutan apa yang akan segera tiba. Aku jengah berdiri di depan jendela kaca dan hanya sibuk melihat keluar, melihat seluruh warna bercahaya diluar sana tapi aku tak pernah benar-benar bisa menjamah. Tanganku terasa tak sampai, padahal hanya sebatas tiga jengkal. Ruang ini seperti tak memiliki pintu, apa-apa yang kulihat berwarna abu. Aku ingin berontak menembus bejana waktu dan dinding baja pembatasku agar aku paham kebahagiaan yang selama ini dibatas bisu. Aku ingin ini semua menjelma menjadi realita, bukan sekedar bayangan maya.

Kau tahu itu apa? kita.

Aku lelah menjadikanmu bayangan yang mengisi tempurung otakku selama berwaktu-waktu. Menebak-nebak apa isi hatimu juga kepalamu. Adakah aku? Aku lelah memerhatikanmu dalam jarak, walau hanya tiga jengkal bagimu aku seperti tak ada. Aku bosan diam menunggu kamu yang tak kunjung memilah aku sebagai putih atau hitam. Aku ditikam. Kenyataan pahit bahwa kamu tak melihatku ada. Ingin aku melangkah kehadapanmu, memelukmu dan berkata kalau selama ini aku cinta. Namun sikap abumu membatasiku.

Kamu membuatku mengoleksi begitu banyak tanya. Semuanya aku bingkai dalam metafora. Koleksi tanyaku padamu telah meribu, namun tetap saja kamu tak kunjung mejawabku. Bisumu tanda ragu? Atau kau memang tak mau aku? Beritahu aku apapun jawabmu, aku muak diam menunggu;

Kamu...



Kamu Lemahku, Aku Kuatmu

Aku bergidik mengingat bagaimana aku bertahun-tahun belakangan ini. Melihat aku dalam genangan air sebening kristal saja aku serasa kasian, lalu aku tepis genangan air itu hingga bergelombang, dan paras mirisku menghempas.

Bagaimana bisa? Pelukku hanya kau anggap tak apa asal kau tak merasa dingin. Atau hadirku kau anggap pelengkap hanya karena dia yang seharusnya ada malah tak ada. Serta cintaku hanya kau anggap semu bila dia yang kau cinta sedang menggulung waktu bersamamu.

Kamu bahagiakanku hanya disaat kamu merasa sendiri, lalu kamu datang padaku lewati banyak detik, setelah bosan, puas, dan lega kemudian kamu pergi lagi. Kamu bahagiakanku hanya disaat kamu sepi dan sendiri, ingin merasa ditemani namun kenyataan yang kamu cinta tak kau temui, lalu kamu datang padaku untuk kesekian kali, bersandar di pundakku dan berkali meminta peluk, belaga lupa kalau kamu punya dia. Namun aku terlalu payah untuk satu kali saja menolak.

Pecundang!

kamu kelamahanku dalam sebuah penolakan, aku kekuatanmu dalan situasi merasa sendiri.
kamu kelemahanku dalam penantian tak bertepi, aku kekuatanmu dalam keadaan ingin ditemani.
kamu kelemahanku dalam cinta, aku kekuatanmu dalam urusan menerima.

Aku dan kamu memang tak bersama, juga tak benar-benar tak bersama. Ini gila.



Senin, 08 Juli 2013

Tempatmu

Selamat malam....
Tempatmu sedang memar sekarang, terasa ngilu pula kelu. Sebab aku masih saja seperti benalu yang sibuk melukaimu, sibuk menggoreskan ujung samurai pada luka yang belum usai. Kata orang luka mengajarkan, nyatanya hanya memberi sebuah penyiksaan, bukan? Kata orang masalah menguatkan, nyatanya yang aku rasa hanya semakin memusingkan. Enyahlah beban! aku rindu ringan.

Ini tempatmu yang abadi, ini tempatmu yang tak terganti. Kata Tuhan abadi tak berlaku pada apapun yang hidup, tetapi aku tetap saja keras kepala merapal doa agar Tuhan berminat mengabadikan segala tentang kita tanpa redup. Beberapa luka sering sekali terbuka, padahal bahagia sudah banyak tercipta. Tetapi tetap, ini ruangmu selamanya, tak peduli tentang luka atau derita, yang aku tau kau mutlak penghuni tetap.

Seringkali aku merasa kacau, merasa aku untuk apa dan siapa? Kau sendiri paham, mataku kurang ajar tak mau terpejam ketika pikiran busuk juga suasana hati yang buruk sibuk menikam. Ah, ini mencekam. Aku ingin sekali belaga hidup tanpa beban, belaga memiliki hidup yang sangat ringan juga santai, tapi itu hanyalah sebatas angan. Pikiran sampah buangan!

Masih belum nyamankah dengan tempatmu ini? Tak apa, Sayang. Ini pertanda bahwa masih begitu banyak renovasi yang harus aku canangkan hanya agar tercipta hunian untukmu yang paling aman pula nyaman, sampai tempat lain tampak seperti tempat kacangan.

Aku mau mendekorasi sisi burukku dengan dekorasi baru sesuai yang kau mau, aku mau. Beri aku design, beri aku gambaran, maka aku akan menjadikan tempatmu ini berkali lipat lebih nyaman, yang paling nyaman dari semua penawaran tempat yang ternyaman.

Beberapa hati pernah singgah disini, lalu pergi sebab aku menolak melakukan renovasi, maka kamu terkecuali.

Sebab hatiku yang ku bilang adalah tempatmu, telah menahun kamu isi.....



Minggu, 07 Juli 2013

Matahari Siang

Matahari siang ikut memandu
Menyertai perjalanan rangkaian memori kita yang baru
Menari di atas permukaan kulit dengan seru

Matahari siang menjadi saksi
Tawa yang pecah dalam gurauan juga pelukan yang berulang kali
Menyilaukan pandangan dari semua yang kita acuhkan dan belaga kita tak peduli

Matahari siang tak lain adalah saksi bisu
dari kebahagiaan yang tak lagi sekedar angan semu
Yang jelas bersumber darimu

Kamu

Matahari siang adalah kamu

Kecintaanku
Senyumanku
Kehangatanku
Penerangku

Segalanya....

Itu kamu



Selasa, 02 Juli 2013

Aku Padamu

Aku menulis ini dengan bayangmu yang memenuhi memori ingatanku, sebab tentang apapun itu yang kau lalui denganku sengaja aku simpan dengan rapi. Memori tentangmu, uhm...maksudku tentang kita, sesakit apapun itu selalu mampu mengukir tawa geli di bibirku. Sebab bagaimana bisa? dulu aku benci terluka, sekarang aku justru menertawakan luka, lucu bukan? Memori tentangmu memang selalu punya nilai lebih, aku ingin terus dan selalu menciptakan memori-memori baru. Barangkali disaat nanti aku lupa bagaimana cara tertawa, kemudian ingatan tentangmu lagi-lagi menghandirkan tawa.

Berkatmu aku fasih menulis, merangkai, dan meracik kata-kata tentang duka juga luka. Berkatmu pula aku mulai lihai menulis kata tentang bahagia, cinta pula cita. Sebab sebelumnya aku hanya mampu menulis luka tanpa tahu bagaimana cara menumpahkan rasa bahagia pada kata.

Aku rasanya kelelahan memegang gunting imaji hanya teruntuk memotong jarak yang menyeruakan riak-riak rindu padamu hingga berserak. Sel di otakku juga rasanya lelah melulu dipenuhi tentang kisah kita berdua hingga pada bagian semuanya. Hatiku tinggal sisa sepotong, yang lain habis membusuk karena luka, tapi potongan itu dipenuhi kamu di setiap sisi juga celahnya. Aku pelupa, kadang aku lupa kalau aku pelupa, tetapi lupa tentangmu aku tak pernah bisa. Aku berduka, kemudian kamu melakukan berbagai cara hanya agar aku tertawa walau harus seperti kera, kau rela. Aku menangis, lalu kamu ikut meringis kemudian membiarkan aku menangis puas bahkan sampai air mataku habis. Kamu juara, cintamu juga sayangmu memang tiada tara.

Seperti kata penulis tampan favoritku: "Cintailah aku yang sekarang! Aku yang dulu maafkan saja. Besok dan seterusnya, itu untukmu." Maka adalah keharusan untukku meminta maaf karena terlalu sering mengucap maaf. Bawa aku menjadi apapun yang lebih baik, sebab semua tahu cinta ajaib, dia mampu memberi kekuatan untuk seseorang merubah diri menjadi sosok yang lebih baik.

Aku di hadapanmu menjengkelkan, tetapi cintamu padaku jangan hanya pada tulisan. Aku dihadapanmu jauh dari kata manis, sudah ku bilang aku pencinta kata yang hanya lewat kata bisa menjelma menjadi subjek yang teramat manis. Aku dihadapanmu menyebalkan, tetapi aku paham lewat tulisan setidaknya pernah walau tak sering aku kau banggakan. Bukan aku sok romantis, tapi akui saja kalau aku puitis.

Tetap jaga hatimu, hati-hati pada hati yang mencoba agar kau membagi hati. Aku mencintai keseluruhanmu. Kau meragu? Nyatanya aku masih dan tetap disini untukmu.

Selamat malam, kamu.


Note: aku lebih suka Ice Cream Mcflurry rasa Strawberry dari pada Ice Cream Italia Ragusa rasa Tutty Frutti. Juga lebih suka kota berpolusi dari pada daerah tinggi bersuhu dingin. Pula lebih senang berdesakan diantara ribuan buku ber-rak besar dari pada diantara ribuan orang di dalam sebuah mal besar. Ternyata untuk apapun itu, kita selalu memulai tanpa kejelasan arah, sepulangnya tetap tertawa sampai lelah, meski kita memulainya, tanpa arah. :-p hahaha




Kata

Jutaan kata selalu saja berdesakan keluar dari labirin otakku. Sampai-sampai aku bingung kata mana yang paling menarik untuk aku telik dan menjadikan apa apa yang ku tulis menjadi menarik. Tapi tetap tak ada yang mampu mengungkiri kalau ternyata sumber inspirasiku selama ini tetap kamu. iya, kamu yang membaca ini.

Kau bosan sebab pembahasanku hanya berotasi pada cinta? salahkan saja cinta siapa suruh dia ada tanpa batas. biarkan saja kata kata yang berhamburan meluap ini bermetamorfosa menjadi kalimat penyejuk jiwa. Aku mengindahkan hadiah Tuhan akan kebisaanku meracik kata. Sebab aku teramat ingin untuk dapat mahir mengoles cat air di atas kanvas, sayangnya aku tak bisa, maka Tuhan dengan maha Adilnya menghadiahiku kemampuan merangkai kata diatas kertas.

Mungkin diantara sekumpulan orang yang doyan sekali mencibir sempat berkata: "Ah, hanya menulis kalimat dengan bahasa kaku dan pola kalimat hyperbola saja bangga." Boleh Sayang berkata demikian, siapa yang berhak melarang? tak ada. Lalu buktikan ya, apakah apa yang kau tulis memiliki nyawa? :-)

Aku dibuat paham nikmatnya menulis, puasnya berkarya melalui kata, sebab seni memang tak berbatas.

Aku pengagum kata, melalui kata-kata aku leluasa bercerita, melalui kata-kata aku bebas meluapkan cinta.

Aku peracik kata, melalui kata aku mampu berkata tanpa suara, mampu menyentuh jiwa tanpa sentuhan, hanya melalui kata.

Aku pencinta kata, lewat kata aku bercerita, tentang apapun itu yang terjadi dan tercipta.

Aku adalah kata, yang kemudian menjelma menjadi berbagai cerita.


Salam,

Pencinta Kata