Bukankah utusan Tuhan sekalipun tak ada yang sempurna? Begini Sayang, aku ciptaan Tuhan yang sama dan biasa saja, sempurna jelas tak ada padaku, maka berhentilah bersikap menuntut. Aku butuh waktu untuk memenuhi semua kebutuhanmu akan perubahanku. Bukan aku tak mau, hanya beri aku celah sedikit untuk merubah apa-apa yang menurutmu tak lagi pantas ada padaku.
Aku mencintai caramu menerima segala kurangnya aku, terlebih caramu yang tak meninggikan lebihnya aku, itu mengajariku agar tak menjadi lupa daratan. Sabarmu memang juara, namun sayangnya sabarku yang kurang setara. Egoku juga selangit, amarahku sering sekali meledak dan membuatmu kebingungan, dan suasana hatiku tak jarang berubah tanpa peringatan. Beginilah wanita, Sayang. Tanya saja pada Ayahmu bagaimana Ibumu sewaktu muda.
Aku tahu kamu sering sekali kelelahan atas sikap pula sifatku. Berkali-kali mengelus dada dan membuang napas. Ah, kamu hebat. Lelahmu tak membuatmu menyerah. Teruslah begitu, itu kelebihanmu yang menambah sayangku untukmu. Itu kelebihanmu yang rasanya selain kamu tak ada yang mampu begitu.
Bukankah semua perubahan butuh waktu? maka yang seharusnya kamu beri hanyalah waktu dan setelahnya akan ku beri padamu sebuah pembuktian dariku. Hah...ini untukmu saja, untuk yang lain mana aku mau.
Sudah ku bilang aku ingin menjadi yang ternyaman bagimu. Maka beri aku waktu, untuk mampu bermetamorfosis menjadi yang kamu mau meski tak sama persis. Setelah itu janji ya padaku, bahwa cintamu dan waktumu untukku, tak akan habis.
Bonsoir, Ma Chérie....
Minggu, 14 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar