Sabtu, 13 Juli 2013

Kamu Lemahku, Aku Kuatmu

Aku bergidik mengingat bagaimana aku bertahun-tahun belakangan ini. Melihat aku dalam genangan air sebening kristal saja aku serasa kasian, lalu aku tepis genangan air itu hingga bergelombang, dan paras mirisku menghempas.

Bagaimana bisa? Pelukku hanya kau anggap tak apa asal kau tak merasa dingin. Atau hadirku kau anggap pelengkap hanya karena dia yang seharusnya ada malah tak ada. Serta cintaku hanya kau anggap semu bila dia yang kau cinta sedang menggulung waktu bersamamu.

Kamu bahagiakanku hanya disaat kamu merasa sendiri, lalu kamu datang padaku lewati banyak detik, setelah bosan, puas, dan lega kemudian kamu pergi lagi. Kamu bahagiakanku hanya disaat kamu sepi dan sendiri, ingin merasa ditemani namun kenyataan yang kamu cinta tak kau temui, lalu kamu datang padaku untuk kesekian kali, bersandar di pundakku dan berkali meminta peluk, belaga lupa kalau kamu punya dia. Namun aku terlalu payah untuk satu kali saja menolak.

Pecundang!

kamu kelamahanku dalam sebuah penolakan, aku kekuatanmu dalan situasi merasa sendiri.
kamu kelemahanku dalam penantian tak bertepi, aku kekuatanmu dalam keadaan ingin ditemani.
kamu kelemahanku dalam cinta, aku kekuatanmu dalam urusan menerima.

Aku dan kamu memang tak bersama, juga tak benar-benar tak bersama. Ini gila.



0 komentar:

Posting Komentar